Krupuk iLoVeU: 8 KESALAHAN ORANGTUA YANG BISA MEMBAHAYAKAN BAYI

Krupuk iLoVeU: 8 KESALAHAN ORANGTUA YANG BISA MEMBAHAYAKAN BAYI

http://www.krupukenak.com/2016/09/8-kesalahan-orangtua-yang-bisa.html





Melihat anak mulai belajar berjalan, ngomong dan makan, rasanya tak sabar menunggu

ia tumbuh besar. Dan demi mempercepat tahapan tumbuh kembangnya, Bunda

melakukan beberapa hal ini, yang alih-alih bermanfaat, justru berisiko bagi

anak Anda.


























#1

Mendudukkan bayi sebelum waktunya


Risiko:

Mendudukkan bayi saat belum kuat melakukannya sendiri dapat menyebabkan bayi

tak bangkit dari posisi tidur dan duduk secara alami. Selain melewatkan

tahapan penting belajar duduk, bayi juga berisiko lebih lama menguasai

perkembangan penting lain, seperti merangkak, merayap, dan berjalan.






Lakukan:







Perbanyak floor time yang

akan melatih otot-otot penyangga tubuh dan kepala bayi, membuat ia menguasai

cara berbalik badan dan berguling, serta mengasah kemampuan koordinasi tubuhnya

sehingga siap duduk dan berdiri sendiri.







Pancing

dengan posisi tertentu agar bayi segera belajar duduk. Caranya, saat duduk di stroller atau car seat, posisikan semi berbaring dengan sudut kemiringan

45 derajat. Lalu, ajak bayi berkomunikasi. Posisi miring akan menghindarkan

sendi pinggul bayi mengalami over-stimulasi.









#2

Mengajari jalan, padahal bayi belum siap


Risiko:

Mengajari bayi berjalan dengan alat bantu padahal ia belum bisa, dapat

memperlambat kemampuan berjalan dan keseimbangannya. Saat bayi belajar jalan

dengan alat bantu, otot-otot kakinya belum benar-benar kuat sehingga cenderung

berjinjit. Ini bukan pola ideal untuk belajar berjalan, dan berisiko jatuh

hingga menyebabkan cedera serius. Selain itu, kelainan pola berjalan yang

terbentuk akan sulit dikoreksi kelak kemudian hari.

Lakukan:

Saat bayi mulai mampu mengangkat diri dan berdiri, sediakan perabot penyangga

atau benda-benda yang membantu ia berpegangan dan berjalan. Setelah beberapa

minggu, ia akan mulai merambat sembari berpegangan pada perabot. Lama-kelamaan,

ia akan mampu berjalan tanpa berpegangan.



#3

Meletakkan bayi di kasur saat belajar berjalan


Risiko:

Permukaan jalan yang empuk dapat mengubah pola gerakan jalan bayi Anda. Saat

telapak kaki bayi tak bisa menemukan ‘cengkeraman’, tubuh dan kakinya

menyesuaikan, sehingga pola berjalan pun tak normal.

Lakukan:

Jika takut bayi Anda jatuh dan cedera, gunakan play mat anti-slip

yang biasa digunakan sebagai alas lantai saat bermain. Jika kaki bayi Anda

tetap sulit menapak stabil karena terlalu empuk, ganti dengan alas yang lebih

tipis. Dan ingat, bayi sebaiknya belajar berjalan dengan kaki telanjang

daripada menggunakan sepatu atau alas kaki lain.



#4 Membantu bayi berguling

Risiko: Membantu si kecil berguling bisa

berisiko cedera, terutama jika bayi terjatuh di posisi tak tepat. Selain itu,

bayi menjadi kurang berani mencoba berguling sendiri.

Lakukan:







Bayi tak kunjung berguling, bisa jadi karena kurang

stimulasi. Sebaiknya stimulasi dengan berbagai cara. Misalnya, saat bayi mulai

mengangkat dan memiringkan badan,pancing dengan memberi mainan di sisinya

sehingga ia tertarik berguling.













Bisa juga, Bunda berbaring di sisi agak jauh dari bayi

sehingga ia tertarik berguling untuk mencapainya. Atau, sering stimulasi bayi

tengkurap agar mau mengangkat badan dengan kedua tangannya.









#5

Melewatkan tahap merangkak


Risiko:

Jika bayi tak melewati fase merangkak, otot-otot tangannya kurang kuat. Ia

menjadi kurang mampu melakukan beberapa aktivitas, seperti bangkit sendiri dari

lantai, main monkey bar,

makan sendiri, juga mengancingkan baju sendiri. Bayi tak merangkak juga

berisiko mengalami gangguan kemampuan membaca dan menulis. Salah satunya, kelak

ia akan memiliki tulisan tangan yang berantakan.

Lakukan:

Bayi tak merangkak, biasanya karena tak mendapat kesempatan untuk melakukannya.

Mengoreksinya, lakukan tummy timedengan

cara; baringkan si kecil di matras dan beri bola agar ia mau berguling dan

mengejarnya. Jika perlu, Bunda berada di sisinya untuk memberi contoh

merangkak.



#6

Terlalu cepat diberikan makanan padat


Risiko:

Memberi makanan padat terlalu dini, menurut Kelley

Scanlon
, ahli epidemiologi, Divisi Nutrisi, Obesitas dan

Aktivitas Fisik, CDC (Centers for Disease Control and Prevention), AS, berisiko

mencetuskan obesitas, penyakit kronis seliak, dan diabetes. Selain itu, perut

bayi yang kenyang karena terisi makanan padat akan mengurangi hasratnya menyusu

ASI sehingga kehilangan kesempatan mendapat nutrisi terbaik.

Lakukan:

Tetap ikuti aturan memberi makanan padat kepada bayi, yakni setelah berusia 6

bulan.



#7

Mengajak main ke mal terlalu dini


Risiko:

Saat bayi masih di bawah 6 minggu, jangan membawa ia ke tempat ramai, seperti

mal, sekolah maupun tempat ibadah. Di usia ini, bayi sedang mengembangkan

sistem imunnya, dan belum siap terpapar kuman,"ungkap Dr. Lori Storch-Smith, dokter anak dari Westport,

Connecticut, AS. Kuman meningitis dan influenza sangat berisiko menginfeksi di

tempat ramai.

Lakukan:

Bunda bisa mengajak bayi ke area publik setelah ia berusia di atas 8

minggu.



#8

Mengarkan bahasa asing sejak bayi


Risiko:

Jangan memaksakan diri mengajarkan bahasa asing yang tak biasa digunakan. Ini

akan semakin menyulitkan si kecil ketika mulai menerapkannya untuk berkomunikasi.

Dan, jangan memaksakan anak berbicara bahasa asing saat mulai bisa

berkata-kata. Beberapa anak perlu waktu 5 hingga 7 tahun untuk menguasai bahasa

asing secara akademis. Saat bayi, mengajak ia berbahasa asing hanya untuk

mengenalkan kosa kata saja.

Lakukan:

Gunakan bahasa yang paling nyaman untuk berbicara dan berinteraksi kepada bayi.

Menurut Rachel

Cortese, MS, CCC-SLP
,speech-language therapist dari Learning and Development Center,

Child Mind Institute, AS, ketika Bunda berkomunikasi dengan bahasa yang paling

akrab, akan membantu ia memiliki kerangka linguistik (berbahasa) untuk

mengungkapkan keinginannya secara jelas kelak kemudian hari. (LAD/MON)